photo '..from NoWhere to SomeWhere..' by ak
..karena belajar adalah kewajiban dan kebutuhan seumur hidup.. ...karena kebaikan adalah energi + yang tak lekang oleh waktu...

Sabtu, 29 Desember 2007

Orisinalitas dan (tidak) Pentingnya Blog ini buat Anda

Apakah tulisan-tulisan di sini orisinil?
Saya jamin iya, sampe sekarang.
Maksudnya saya menulis, tepatnya mengetiknya, sendiri :). Kecuali yg memang pure copy-paste ataupun link, itupun insyaAllah pasti saya sertakan dengan sumbernya.

Apakah ide-ide dalam tulisan di sini orisinil?
Saya tidak bisa jamin 100% iya.
Ide-ide saya hanyalah pemahaman pribadi saya dari sedikit yang saya baca, saya lihat, obrolkan.
Itu pun pasti terpengaruh oleh pengalaman subyektif hidup saya, lingkungan tempat saya hidup, belajar dan bekerja. Dan seterusnya.
Mungkin saya terpengaruh tuturan orang2 tua & ustadz2 saya dulu di desa waktu kecil. Sedikit sedikit (gak sengaja :)?) meniru gaya dan cara pandang 'guru2 bangsa' saya, misal can Nun
--itupun kalau tepat hehe. Mungkin agak sedikit2 teknikal karena background kuliah dan pekerjaan saya. Tapi mungkin juga sedikit baur dengan pandangan2 orang sosial, karena
walaupun sejak sekolah menengah dulu sudah di IPA dan teknik, kecenderungan ketertarikan masalah sosial saya juga sudah muncul sejak sekolah dasar (saya inget dulu pernah
menohok guru dengan pertanyaan soal 'orang2 kolong jembatan'--mungkin akan ada di tulisan lain).

Lalu kalau cuman seperti itu, apa pentingnya blog ini buat anda?
Tidak.. Blog ini mungkin tidak terlalu penting buat anda.
Tapi cukup penting buat saya hehe...

Blog ini jadi penting buat anda, kalau anda berkenan berbagi di sini. Berkenan memberi saya dan pembaca lain pandangan yang lebih baik dan jernih. Dan hal-hal semacam itu.
Blog ini juga bisa penting buat anda kalau ternyata, ya ternyata, ia bisa memberi sedikit saja tambahan ilmu -ah bukan, terlalu tinggi, mungkin sedikit 'rasa lain' saja dari pandangan yang ada.
Karena toh meskipun sudah diulang-ulang di media lain, mungkin ceritanya mirip, tapi kan bahasanya tetap bahasa yang saya susun :).
Jadi semacam sesi latihan soal di sd/smp dulu : "coba ungkapkan kisah tersebut dengan bahasa kamu sendiri"... hehe..

Bagaimana kalau ternyata blog ini bener-bener tidak penting buat anda?
Ya sudah, sampun.
Paling tidak anda bisa bilang pada temen2 sebelah atau netmates anda bahwa ada 'blolek' (blog jelek) yang bisa mereka kunjungi untuk sekedar mereka compare dengan blog masing2, dan akan demikian seterusnya, sehingga mereka (pangkat n) itu jadinya semakin PD untuk berblogria, atau jangan2 semakin penasaran kenapa disebut 'blolek' dan akan membacanya
se-kategori demi kategori untuk menemukan dan memperbaiki kelemahannya, atau jangan2 akhirnya menikmatinya... :)

Kamis, 27 Desember 2007

Lagu Cinta anak-anak kita : Lay2..lay2..lay2..........

~~
...
Oo..oow..
Kamu ketahuan
Pacaran lagi.. dengan dirinya...
...
~~

Kini sudah sering kita dengar lagu-lagu cinta asmara, rindu dendam, kisah kasih, bahkan tentang selingkuhan, dinyanyikan dengan lancar oleh anak-anak balita kita.
Kuatir ? Iya.
Mengerikan ? tidak perlu.
Melarang ? terserah anda. (tapi bisakah? :P)

Saya merasa tidak perlu kelabakan berlebihan jika anak saya menyanyikan lagu di atas. Sejak saat Peter Pan muncul dulu ,lalu Ungu, sampai penggalan lagu di atas datang.
Saya yakin, anak-anak itu bernyanyi bukan karena menyimak makna lirik nya, atau bahkan sekedar mengerti sekalipun. Mereka hanya menirukan lagu. Menikmati hentakannya. Tapi bukan menjiwainya.
Mereka hanya tertarik pada beat-beatnya. Tapi tidak memaksudkannya untuk mengungkapkan atau menggambarkan isi hatinya (beda kalo mereka nanti sudah ABG).


Namun tidak berarti, kita lantas membiarkan anak-anak larut dalam 'kecentilan' yang diborbamdir pasar hiburan. Tetap perlu filter, perlu pendampingan, arahan dst. Juga keseimbangan, mungkin penguatan. Keseimbangan untuk memberinya hiburan yang lebih mengena, lebih bermakna. Penguatan untuk dibekali lagu-lagu yang merangsang kecintaan pada keruhanian.

Jangan lupa juga, lagu-lagu nasional juga perlu. Mereka juga suka loh... Kan lagu 'Maju tak Gentar', dan 'Halo-Halo Bandung'* enak sambil buat loncat2 :) (*sayang, Halo2 Madura gak ada ya:D)

Ada faktor lain yang membuat saya tidak terlalu kwatir, bahkan tersenyum dan mengacungi jempol : kreativitas.
Bukan kreativitas si anak menyanyikan lagu-lagu itu, tapi bagaimana kita membelokkan lirik lagu dengan tema yang lebih mendidik.
Misal, seperti yang diajarkan bu Guru di TK anak saya :

~
...
Lay..lay.. lay..lay..lay..lay..
Makan roti pake selai

Lay..lay..lay..lay...lay..lay..
Ayo solat jangan lalai..
...
~

nha.. menarik kan ? (thanks lo bu Guru :))
Bagaimana, anda tertarik menjadi 'plesetor' ? (tukang mem-plesetkan lagu untuk kepentingan anak :))

Sabtu, 22 Desember 2007

Buang Angin dan Ludah 2009

fwd from Koran SINDO, Jum'at, 14/12/2007, by MaiyahKC

SOBIRIN terperosok masuk sumur.Lebih akurat rasa bahasanya dalam Jawa: kejegur atau kejebur sumur. Bahasa Indonesia mengadaptasinya menjadi ”tercebur”, tapi secara tata bahasa itu dipaksakan.

Alhasil, Pak Sobirin harus ditolong, para tetangga beramai- ramai mengupayakan berbagai cara untuk mengentaskan beliau dari dasar sumur yang sangat dalam itu. Ributlah seluruh kampung siang itu. Tetapi itu tak cukup.Ada keributan yang lain.Di beberapa rumah berlangsung juga keriuhan banyak orang karena rumah-rumah itu adalah posko tim sukses beberapa calon lurah.Keributan di sumur Sobirin bahkan sebenarnya dikalahkan oleh riuh rendah posko-posko.

Bahkan ketika orang-orang di sekitar sumur ribut panik dan teriak satu sama lain untuk menolong Sobirin, lewatlah rombongan kampanye calon lurah. Sungguh dinamis dan hangat suasana demokrasi di kampung itu.Yang segerombolan sibuk mengerjakan tugas kemanusiaan menolong orang tercebur sumur, sejumlah rombongan lain sibuk membangun desa,meneriakkan yelyel, memasang dan membawa gambar-gambar besar wajah-wajah calon lurah. Benar-benar terjadi apa yang Muhammadiyah sering pakai dari Alquran, fastabiqul khoirot: berlombalomba menjalankan kebaikan.

Yang satu mengerjakan pertolongan, lainnya mengerjakan pembangunan: visi, misi, konsep pembangunan desa, perspektif ke depan, dengan slogan-slogan yang penuh optimisme. ***** Berlangsunglah apa yang Tuhan sudah firmankan, ”Innallaha ma- ’ashshabirin (sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar).” Siang itu penduduk menafsirkan bahwa ayat itu berlangsung lebih akurat. Bukan hanya shabirin, orang-orang sabar yang disayang Tuhan, tapi benar-benar Tuhan menyelamatkan Sobirin dari kematian di dasar sumur yang dalam.

Nyata di depan mata, betapa Tuhan ada bersama Sobirin. Adapun para calon lurah beserta tim sukses dan komunitas pendukungnya tidak perlu ikut melakukan pekerjaan kecil dan lokal menyelamatkan Sobirin. Sebab mereka bertugas di wilayah yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih jauh ke depan.

Mereka agent of change.Mereka pemegang tongkat zaman. Mereka penentu masa depan seluruh kampung. Itu division of labour yang rasional: satu kelompok melaksanakan pekerjaanpekerjaan lokal kecil dan remeh seperti menolong Sobirin, kelompok lain melaksanakan pekerjaanpekerjaan regional, nasional, internasional, global. ***** Saya ketemu Sobirin-Sobirin dan Sidoardjo, Surabaya, Cilegon, dan lain-lain, serta dipangguli mandat amanat untuk men-support proses mengentaskan kaum Sobirin dari dasar sumur penderitaan, kesengsaraan, kebuntuan dan terus terang saja: keputusasaan.

Di Jawa Timur saya berbagi tugas dengan Karwo,Naryo,Ahmadi, Haris Sudarno,mungkin Saifullah Yusuf. Mereka memegang kendali konteks-konteks makro dan rancangan pembangunan regional lima tahun ke depan. Saya bagian mengupayakan dadung (tali tampar) untuk memungkinkan Ashabus- Shobirin keluar dari sumur. Gambar sangat besar wajahwajah mereka dipasang di ribuan perempatan jalan dan tempattempat strategis untuk menyebarkan kesadaran kepada seluruh masyarakat, betapa pentingnya berpikir ke depan, untuk jangka panjang. Betapa pentingnya kebersamaan, persatuan, dan kesatuan untuk membangun provinsi.

Betapa urgennya keteladanan kepemimpinan, dan mereka tampil sebagai uswatun hasanah, teladan yang baik. Slogan-slogan yang menyertai gambar wajah-wajah mereka mencerminkan tinggi dan cerdasnya visi misi mereka ke depan demi kepentingan seluruh rakyat. ***** Para petugas di lapisan rakyat kecil, termasuk kasus Sobirin tercebur sumur, mohon maaf kepada seluruh kalangan bahwa tatkala sibuk menolongnya, semua orang yang terlibat tak ada yang ingat untuk membawa tustel, sehingga tak ada dokumentasi foto wajah Sobirin ketika ketakutan dan kesakitan di dasar sumur.

Oleh kealpaan itu, tidak bisalah didirikan baliho atau spanduk-spanduk dengan wajah Sobirin. Juga andaipun ada fotonya, mereka para penolong Sobirin tak punya biaya untuk membayar digital print-out gede-gede wajah Sobirin. Energi rakyat kecil terbatas dan kecerdasannya rendah. Setengah mati mereka menolong Sobirin, setelah itu kepala terasa kosong, tak mampu memikirkan apaapa lagi. Sobirin bisa diselamatkan dari dasar sumur saja sudah merupakan rezeki tak terkirakan.

Perkara pilkades, pilkada, pilpres tahun 2009 nanti—itu membutuhkan pelaku-pelaku dengan tingkat kecerdasan intelektual tinggi,bahkan kecerdasan spiritual, juga mentalitas yang tangguh. Pak lurah lama maupun yang calon rata-rata mentalnya sangat tangguh. Keributan orang menolong Sobirin tidak membuatnya goyah, sehingga dia dengan konstituennya terus kampanye tanpa terpengaruh kejadian di sumur. Bahkan Pak Lurah,ketika anaknya masih opname di rumah sakit, dia tetap dengan mental baja melakukan acara lamaran kepada calon istri kedua.

Di seluruh negara ini makin banyak manusia-manusia bermental tangguh yang berpikir dan berlaku efektif ke suatu tujuan. Apa saja landasan berpikirnya adalah 2009,pilkades,pilkada,pilpres. Mereka meludah dengan pertimbangan 2009. Buang angin dengan orientasi pencitraan 2009. Melihat dan menangani masalah apa pun selalu ”istiqamah” untuk orientasi 2009. (*) EMHA AINUN NADJIB

Etos Kerja Bangsa Indonesia Rendah ?

Cukup jamak didengar bahwa salah satu penyebab keterbelakangan ekonomi Indonesia adalah karena etos kerja masyarakat yang rendah. Apalagi bila dibandingkan dengan etos kerja masyarakat Asia-timur (Jepang, Cina, Korea) , Eropa dan Amerika.
Saya agak kwatir ketika kita bicara etos kerja , dan sedikit banyak menyimpulkan etos kerja bangsa Indonesia itu rendah, maka puluhan juta orang akan semakin sedih dan (atau) jangan2 marah. Point saya benarkah etos kerja bangsa Indonesia rendah ? Apakah keterpurukan (kemiskinan/kebodohan/keterbelakangan) mereka disebabkan oleh etos kerja yang rendah..
Saya menduga kok tidak.

Di Jawa/madura (dan saya kira di pulau2 lain juga) sudah biasa kita tahu para petani/nelayan tradisional sejak sebelum subuh sudah beraktifitas. Juga para pedagang kecil-menengah di pasar2 tradisional, sejak pagi2 buta pasar sudah rame.
Yang di laut juga begitu, petang/malam atau subuh mereka sudah melaut, dibantu istri menyiapkan segalanya, baru pagi atau siang kembali ke pantai, dengan atau tanpa hasil (ngenes kalo liat -- krn saya orang pesisir).
Sedang para istri mereka coba membantu dengan usaha kecil2an, yang bisa untung 10ribu sehari saja sudah sangat disyukuri.


Para pekerja pabrik atau pegawai menengah-bawah juga begitu. Dari pagi sampai malam berjuang untuk memperoleh sekedar tambahan OT yg bisa2 sangat rendah.
Para pekerja sektor informal lebih berbau 'pejuang' lagi. Tanpa bantuan siapa2, tanpa fasilitas apa2, keleleran di depan toko dan pinggir jalan, dioprak2 tramtib, masih bisa bertahan dan menghidupi keluarga.
dst..

Nha dengan cerita seperti itu, tidak faktual rasanya kalo dibilang etos kerja bangsa Indonesia rendah.
Lalu dari mana datangnya keterbelakangan itu?
Saya kira jawabannya : system-lah yg membuat mereka seperti itu.
System Politik-Ekonomi, system birokrat, system pendidikan, system distribusi peluang, dst.. dsb...
Belum lagi penyakit yang sudah kanker stadium-3 : KKN. Malah bisa jadi inilah yg paling mendasar.

Bukan bermaksud melulu menyalahkan pemerintah, tapi semua lapis masyarakat mgkin punya prosentase sumbangan sendiri2, termasuk untuk memperbaikinya.

Bagaimana menurut Anda ?

Jumat, 21 Desember 2007

Budaya Internet, Budaya Ngerumpi

Budaya Internet, Budaya ngerumpi

Judul di atas tidak saya maksudkan sebagai budaya internet = budaya ngerumpi, atau apalagi dengan Internet = Ngerumpi :D, jadi jauh panggang dari api.
Yang ingin saya bahas adalah, keterkaitan antara budaya internet dan budaya ngerumpi.
Hal ini juga bukan untuk menunjukkan bahwa 'budaya yang tercipta' dari ledakan teknologi internet, adalah budaya ngerumpi. Bukan.
Anggap saja ini sebagai pintu masuk saya menyoroti teknologi (terutama IT) dan impact-impactnya dalam kultur atau kebiasaan sehari-hari masyarakat. Saya cenderung memakai istilah: socio-technology, yang akan menjadi salah satu kategori penting dalam blog ini.

Internet, tak pelak sudah menjadi teknologi 'niscaya' dalam masyarakat modern. (dianggap) Tidak lucu kalau anda berada dalam komunitas modern, tapi masih gagap dalam ber-internet ria. Kalau masalah deep coverage masing-masing netter, itu lain hal, dan juga terlalu spesifik kalau mau dicompare. Karena dia (si teknologi) sudah sedemikian menggurita dalam peri-kehidupan kita, maka tak ayal ia akan memunculkan efek yang cukup besar. Disadari atau tidak. Positip atau negatip. dst.

Lalu, ada apa dengan ngerumpi ?

Well, manusia adalah makhluk sosial. Dia akan selalu berkomunikasi dengan lingkungannya dalam setiap saat dan tempat (kecuali lagi bobok, ini pun tidak 100% hehe). Tidak perlu kita bahas tentang perkembangan moda-moda komunikasi. Yang pasti, segala bentuk komunikasi sebenarnya dimulai dari sebuah 'hubungan intens' antar dua persona, atau lebih. Nah, dalam bentuknya yang paling sederhana, komunikasi sosial publik 'mengambil' format yang paling 'nyaman' , yang salah satunya adalah : ngerumpi.

Apa pentingnya, membahas 'ngerumpi' ini dalam konstelasi komunikasi/internet masa kini ?

Ada kenyataan menarik, paling tidak menurut persepsi saya, bahwa moda-moda komunikasi manusia, dari bentuknya yg sederhana sampai yang tercanggih dan terkini, ternyata tidak bisa menghilangkan sepenuhnya sifat-sifat 'primitif' komunikasi manusia.

Kenyataan menarik (tapi bukan berarti 'terpuji') yang perlu diangkat tersebut menurut saya adalah bahwa kecanggihan teknologi tidak lantas menjadikan manusia pemakainya, menjadi semakin canggih dan 'dewasa', baik dalam pengertian privat maupun sosial dan komunal. Yang terjadi adalah, bahwa ketika teknologi tertentu lahir, maka reaksi, pola interaksi dan penyikapan manusia terhadap si teknologi, seakan juga 'baru lahir'.

Secara naluriah, mungkin kita akan berpendapat : ya memang selayaknya begitu, karena begitulah kita ketika menghadapi sesuatu yang baru.
Tapi sebetulnya (menurut saya) tidak, karena teknologi pada dasarnya hanya 'berbicara' dan berperan pada level 'cara' hidup, bukan prinsip hidup. Sedangkan pola interaksi manusia (dan karena itu juga, komunikasinya), adab dan etika hidup sosial, itu lebih berada pada level di bawah, yang mendekati 'prinsip hidup'. Maka seharusnya, manusia semakin berpengalaman, pintar dan arif, paling tidak, tidak perlu kaget - atau istilahnya mengalami cultural shock, setiap kali ada perkembangan teknologi dan kreasi manusia sendiri.

Sebagai ilustrasi, ketika semua orang dimanapun dan kapanpun (dengan prasyarat infrastruktur memadai) bisa membaca, menulis, melihat dan membagi materi audio/visual apapun melalui internet, maka kita masih harus tertatih-tatih untuk belajar memilih dan memilah : mana yang baik dan benar, mana yang pantas dan 'kisruh', mana yang perlu dan produktif atau hanya buang waktu, mana yang cukup atau melampaui batas, dan seterusnya. Contoh teknisnya, adalah apakah memborbardir informasi yang sama/sejenis berulang-ulang ke sebuah komunitas itu baik, apakah membagi gambar dan video sensual ke publik itu pantas, apakah larut dan kecanduan game online dan chating itu produktif, dan sebagainya.
Begitu banyak contoh lain yang bisa kita paparkan.

Padahal mengirim informasi, itu bukan sesuatu yg baru, memperlihatkan gambar juga bisa dilakukan orang jaman penjajahan, permainan dan obrolan apalagi. Hanya cara orang jaman internet beda jauh dengan orang jaman radio tabung. Ya.. hanya cara. Tapi esensinya sama. Tetapi kita sering menjadi 'bingung dan tidak terkendali'. Tentu saja, bukan lantas menafikkan impact positifnya yg juga sangat tak terkirakan.

Lalu ngerumpi?
Ya.. ngerumpi adalah salah satu bentuk dasar komunikasi sosial. Tanpa teknologi, ia adalah kegiatan face-to-face. Dengan teknologi radio amatir, ia menjadi kegiatan antar kampung dan kota. Dengan internet, ia menjadi kegiatan global antar belahan dunia. Kita cenderung mengulang 'kesalahan' dan sekian deret efek negatif yang kita migrasikan dari kegiatan fisik tradisional ke dalam budaya radio amatir, dan selanjutnya kembali memulainya dari awal, dan mengulang hal yg sama dalam dunia internet.

Maka, ketika kita sadar ia hanyalah berubah 'muka' (tapi tidak 'jiwa'nya) maka secepatnya kita bisa menyaring, sebagaimana dalam rumpian face-to-face, apa yang perlu, apa yang tidak, dan sejenisnya di atas.

Jadi,
selamat ngerumpi pake saringan eh internet hehehe..

__epilog

Lalu, bagaimana mengatasinya ?
Bagaimana menurut anda ?
Atau kita perlu tunggu 'abmam' ini berikutnya ?

Silahken..

-----
'abmam' = aku belajar maka aku menulis :)

Rabu, 19 Desember 2007

Polling: deskripsi, hasil dan evaluasi

Ini tentang kenapa suatu polling dimunculkan, tujuannya, keterangan opsi-opsinya, hasilnya dan evaluasi terhadap statistik yang didapat

Polling 1
Mengapa anda menulis

Selasa, 18 Desember 2007

Label, apa dan mengapa

Ini sedikit deskripsi tentang Label yang digunakan di Blog ini. Sengaja saya tetap memakai istilah Label, daripada Kategori, karena disamping ini istilah default yang dipropose Blogger ini, hitung2 juga saya 'membantu' :) Google (emang perlu?:D) memasyarakatkan istilah yang dimauinya :). Juga yang digunakannya di Gmail. Semoga ini juga berpahala, eh berguna hehe..

Agenda
Label ini memuat tulisan yang bersifat agenda, rencana atau daftar atau ide 'kegiatan' dalam blog ini

Aku belajar maka aku menulis
Label ini berisi posting-posting yang terkait dengan ide dasar, deskripsi, keterangan, atau apa pun yang mengenai Blog ini secara teknis-redaksional. Jadi semacam pengantar atau 'berita dari redaksi'

Apresiasi Seni
Walau saya bukan 'penikmat seni' sejati, tetapi tiap orang bisa mempunyai kesan yang berbeda tentang sebuah karya seni (bisa seni tulis-cerpen, novel-, musik, film, dsb). Jadi label ini untuk mewadahi 'cara pandang' saya dalam menyerapi hasil karya yang beredar di jagad raya he2.

Batamia
Hal-hal yang terkait Batam, kota tempat 'singgah' kehidupan saat Blog ini dibuat. Kesan pribadi, berita, prospek atau sikon Batam periode tertentu.

Belajar Ikhlas
(sementara.. cukup jelas :))

Edukasiana
(sementara.. cukup jelas :))

Familia
Ide, respon, harapan, terkait kehidupan keluarga/rumah tangga. Bukan cerita ttg rt saya, tapi bisa jadi berangkatnya dari pengalaman rt sendiri.

Gurus
Artikel, pemikiran, berita2 tertentu tentang tokoh yang saya anggap meruapakan guru baut bangsa, umat, panutan (dalam arti sebenarnya) buat publik. (bukan hanya public figure menurut infotainment).

Humoria
Ya humor aja..
Tapi insyaAllah humor-humor yang kita bisa belajar sesuatu darinya. Kalau bisa memang disertakan "tafsir" terhadap humor yang sedang disajikan.
Sok serius n filosofis? ah.. nggak.. blog ini tujuannya untuk memang untuk sama-sama belajar, tentang apa saja, tentang kedidupan, termasuk belajar dari humor :).

Indonesiana
Pernak-pernik Indoneisa aja. Terlalu banyak? Ya.. kita pilah-pilah lah.. sesuai minat dan mood :)

Islamia
Ide-ide, pemikiran tentang Islam. Tapi bukan mengajari apa-bagaimana itu Islam. Karena site lain jauh lebih bagus dan otoritatif (ya jelas!!, wong ini cuman blog gado2 :)). Intinya, pemahaman/penghayatan saya tentang agama saya ini. Kadang sok berbau 'oto-kritik', boleh kan? :).

PaDosHa
PaDosHa adalah label khusus tentang renungan sehari-hari, kecil tapi mungkin berarti, berarti tapi mungkin sering dilewatkan. Selengkapnya di sini

Personal
Pelajaran, apresiasi terhadap sesuatu yang terpetik dari dan 'ditingkahi' kisah perjalanan dan pengalaman pribadi. -- ah rumit amat? yaa.. pokoknya cerita personal gitu lha yaa.. haha..

Renung
Hasil renungan pribadi. Bisa dalam sesaat, bisa dua saat, bisa ber-saat-saat hehe..
Biasanya berbentuk 'puisi belajaran'. Tapi tidak mesti berpuisi-ria.
Hmm.. apa bedanya dengan tulisan lain? Bukannya yang lain juga hasil renungan, pemikiran ?
Yang ini insyaAllah yang lebih menyentuh ke 'dalam' (ke relung hati dan jiwa maksudnya) :) Ah apa iya? Kita lihat aja nanti.

Socio-Kultural
(sementara.. cukup jelas :))

Socio-Politica
(sementara.. cukup jelas :))

Socio-Technology
(sementara.. belum jelas gpp ya :D)

Aku belajar, maka aku menulis

Aku perlu belajar
Maka aku membaca

Aku ingin tetap belajar
Maka aku kembali menyimak

Aku ingin terus belajar
Maka aku pun menulis

Bismillaah al-rahmaan ar-rahiiim


TENTANG HEADER

Judul & Kata-kata
Kenapa "Aku belajar, maka aku menulis" ?

Gambar
Kenapa gambar orang naik perahu ?


TENTANG LAYOUT


Tentang Template
3 Kolom
Background
Page Link