photo '..from NoWhere to SomeWhere..' by ak
..karena belajar adalah kewajiban dan kebutuhan seumur hidup.. ...karena kebaikan adalah energi + yang tak lekang oleh waktu...

Senin, 18 Februari 2008

Batamku, kau membuatku terharu

Pertama kali menginjakkan kaki di pulau Batam, aneh saja rasanya. Terbiasa dengan hiruk pikuk dan kepadatan Jabodetabek, lantas melihat tanah Batam yang cukup lengang dan masih berbukit-bukit kecil, serasa berada di 'dunia lain' :).

Jangan salah, saya tidak sedang 'gaya'. Sok Jakarte. Tidak. Asal tanah kelahiran saya justru lebih kampung : Madura :)--walaupun sebenarnya tidak kampung2 amat.
Kenapa saya agak heran adalah ternyata Batam, yang pernah saya angankan, dan dulu, terutama jaman pak Habibie sebagai Menristek, sangat 'wah' kedengarannya, ternyata saya lihat: ya 'begitu saja'.
Jangan salah sangka ya, saya tidak sedang 'merendahkan' Batam, justru situ akan kaget, bahwa saya ternyata sedang 'mengagungkan' Batam :). Makanya baca sampe selesai hehe..

Demikianlah, saya dan keluarga akhirnya menetapkan hati untuk (sementara?) berkarya dan
berkehidupan di Batam. Seperti di tulisan related sebelumnya, diluar takdir, ini juga karena semacem 'strategi' dan masih sinkron dengan keperluan keluarga. Justru terkait sinkronisasi terakhir inilah cerita ini akhirnya ada.


Singkat cerita, saya perlu mengantar nyonya untuk pertama kali pergi ke tempat tugasnya (iya,
kok ya kebetulan, nyonya diterima juga tugas di wilayah Batam). Di pulau Batam? Bukan. Di wilayah kota Batam iya, tapi di luar pulau Batam, yaitu pulau Belakang Padang. Untuk kesana kita perlu menyeberang lebih dahulu. Laut. Ya.. tentu, karena Batam, sebagai bagian dari prop.Kepulauan Riau, tentu wilayahnya juga berpulau-pulau.


Untuk ke Belakang Padang, kita perlu naik perahu mesin kecil (sejenis sampan nelayan, kalau di
jawa/madura). Orang Batam bilangnya Pancung (kapasitas 10-an orang, duduk 2-2 ke belakang), dan Pong-Pong (untuk jenis yg lebih besar, bisa 3-3). Istilah 'sampan' kayaknya dipakai untuk yang masih pakai tenaga angin (layar).
Karena saya memang orang pesisir (madura), tidak ada yang aneh pada dasarnya, kecuali karena sampan yg memang didesain khusus untuk penumpang (bukan utk nyari ikan).
Saat persiapan berangkat, sempat ngobrol kecil dengan penumpang2/pegawai/karyawan lain. Saya bilang saya serasa diingatkan ke masa kecil saya sebelum lulus SD, di pesisir Madura - main2 di pantai dan sampan nelayan (SMP/A saya di Banyuwangi). Dan, kalau seperti ini tiap hari, rasanya seperti berwisata pantai/laut tiap hari (kalo di jakarta mungkin orang ke Kep.Seribu). Tapi, perasaan saya juga masih biasa2 saja. Maklum, saya toh memang orang pantai.

Melajulah sang Pong-pong. Melintasi laut -tepatnya menyisir pantai menurut saya- karena pemandangan tidak pernah lepas sebenarnya dari garis daratan. Saat kecil dulu, yang saya tahu ketika lepas dari pantai, maka kita akan menuju lautan lepas, hampir sulit melihat tepi daratan. Saat terbiasa menyeberang Jawa-Madura pun (juga jawa-bali), yang terasa adalah lepas dari satu daratan, untuk beberapa lama kemudian mencapai daratan yang lain. Tidak lebih. Tidak istimewa.


Perasaan 'biasa' seperti itu ternyata tidak terjadi saat saya 'meninggalkan' daratan Batam, menuju Belakang Padang. Di tengah2 laut (yg tidak terlalu jauh dari pantai itu), saya sudah bisa menikmati pemandangan pulau lain - Sambu. Sembari masih bisa memandang daratan Batam. Lewat sedikit dari itu, saya juga sudah bisa memandang pulau tujuan - Belakang Padang. Waah.. saya bisa 'memandang' 3 pulau sekaligus hanya dalam beberapa menit. Dan.. di depan nya sudah terpampang 1 pulau lagi yang lebih kecil. wah.. 4 pulau hanya dalam hitungan menit!!. Bukan karena Pong-pongya yang extra cepat, tapi karena pulau2 itu yang memang saling berdekatan.

Luar Biasa!!
Saat SD/SMP kita selalu didengung2kan bahwa negara kita terdiri dari ribuan pulau--sekitar 17ribuan (masihkah?). Luar biasa. Saya baru saja menikmati 4 pulau dalam hitungan menit. Dan uniknya itu loh.. semuanya bisa saling 'memandang'!! Bisa saling terlihat hanya dengan 'bergeser' beberapa menit di tengah laut.
Hal seperti ini tidak terjadi ketika kita menyeberang Jawa-Madura atau Jawa-Bali misalnya. Dan mungkin beda 'nilainya' dengan orang yang memang berniat pergi berwisata antar pulau2 (di Kep.Seribu, mgkin, saya sendiri belum pernah). Karena orang-orang ini memang menjalani kehidupannya setiap hari seperti ini. Bolak-balik pulau2 tiap hari.
Saya benar2 merasa seperti 'orang kepulauan'. Ya.. orang2 Indonesia adalah orang2 kepulauan. Kita adalah 'orang kepulauan'. Dan.. asyiknya itu loh.. Pulau2 itu saling terlihat. Mereka seakan bisa digapai se-sebentangan tangan. Mereka (pulau2 itu) seakan bisa kita rengkuh. Kita peluk, dan kita saling berlompatan di antaranya. Sungguh mengasyikkan.



Saya cuman baru melintasi 4 pulau, dalam +- 20menitan. Lalu bagaimana dengan ratusan/ribuan pulau lainnya di Kepulauan Riau? Lalu bagaimana dengan 17ribu pulau di
Indonesia? Yang puluhan/ratusan di antaranya saling 'bersentuhan', saling bisa 'direngkuh' satu sama lain. Ah.. demikian indahnya.
Negeri ini memang sangat indah. Negeri ini memang sangat kaya, penuh pesona. Saya terharu dibuatnya.
Saya hampir-hampir menangis (kyknya sudah, dlm hati), memikirkan, kenapa negeri sekaya dan seindah ini masih begini2 saja keadaanya. Kenapa... Kenapa... dst..


--

Kisah di atas sebenarnya terjadi +- 2 tahun yang lalu. Dan setelah beberapa kali bolak-balik Belakang Padang, karena beberapa urusan, perasaaan saya masih mirip. Anehnya itu tidak terlalu terasa ketika saya jalan2 melintasi beberapa pulau di Barelang (yang juga menghubungkan 7 pulau2 kecil - mgkin karena tidak melihat tepi2 pulau itu dari sisi laut, pula, beda kyknya kalau melihat dari atas). Pun, terakhir, saat Januari '08 lalu (saat foto2 di sini diambil), perasaan itu juga masih sama dan semakin bertumbuh. Mungkin karena sedemikian gregetannya saya (juga mungkin anda), melihat negeri kaya tapi 'begini2 saja' ini :(.

--epilog
Ngomong2, kenapa judulnya 'Batamku..' ya? (pake 'ku'?). Bukankah saya bukan penduduk asli Batam ? Berniat untuk terus tinggal pun, (terus terang) masih fifty2. Lalu kenapa 'ku..'?
Iya.. bukankah saya (dan anda) boleh bilang 'negeriku', bangsaku, 'Indonesiaku'?. Nha Batam kan termasuk Kepri, dan Kepri adalah bagian Indonesia. Jadi boleh dong saya klaim sebagai punya'ku' :). Saya kira anda juga boleh.. Dan kapan2, silakan mampir ke Batam, dan kita jalan2 menikmati indahnya menjadi 'orang kepulauan', the nusantara, Indonesian Archipelago, the most beautiful Archipelago Country in the world :)