
Blog ini tidak bermaksud ikut dalam kontroversi (klik: sekedar reff.), apalagi cemooh dan caci. Ini memang bukan blog gosip. Juga bukan blog berita. Bukan blog teknikal juga. Blog lika-liku pribadi juga bukan. Lhaa lalu blog apa yaa... eh.. kok nglantur..
Mengenai pernikahan mahal, demikianlah yang jamak terjadi. Yang jamak (umum) seharusnya memang belum tentu benar dan baik. Pun sebaliknya.
Banyak orang protes.
Saya kira sih sebanyak itu pula orang mesti memprotes ke arah 'dirinya' sendiri. 'Diri' ini bisa memang diri sendiri, yang terkait dirinya (keluarga), lingkungan dirinya, dst.. Mungkin termasuk 'diri' saya.
Berapa ukuran mahal?
Kalau sebuah keluarga dengan total asset 100juta, sanggup menyelenggarakan pesta nikah bernilai 10juta saja (10%) dari aset, apakah itu bukan kemewahan tiada tara?
OK, kita naikkan. Kalau aset sebuah keluarga itu 500juta, pesta pernikahannya 50juta (10%) ? Apa penilaian kita? Bukankah biaya nikah 30-50juta sekarang sudah sedemikian jamak terjadi?
Baiklah, kita berprasangka baik. Aset kekayaan keluarga seperti itu mungkin lebih tinggi. Mungkin mencapai 1M. Berarti 50juta itu 'hanya' 5% dari aset. Well, kita naikkan lagi, 2Milyar asetnya. Aggap saja masih 'masuk akal' sebagai rata2 aset keluarga (menengah?) di Indonesia. Kita bisa kira2 sendiri apa saja yg dipunyai : rumah, mobil, tabungan, tanah, dll. Berarti masih 'wajar'. Dan 50juta itu adalah 2.5% dari aset.
Jika kita kembalikan ke biaya pesta nikah yang 10M, itu berarti 2.5% dari 400M.
Saya kira orang banyak sudah tahu bahwa kekayaan (total aset) keluarga yang dimaksud, jauh melebihi itu.
Tolong koreksi, kalo angka2 saya salah.
Sudah lama soalnya ter'kooptasi' sama program calculator dan Excel :D.
Jadi?
Saya bukan setuju, dan menganggap normal biaya pesta yang 10M itu. Bahkan apalagi dikaitkan dengan korban lumpur.
Saya kira semua prosentase (sekali lagi, prosentase) yang seperti itu sama2 supermewah. Berlebihan. Dan seterusnya. Kita bisa punya banyak deret kata untuk itu.
Mungkin saatnya untuk sama2 koreksi diri, seberapa mewah (dan mubadzirnya) hiruk-pikuk pesta (dan hidup?) kita sehari-hari.
Salam nikah, eh salah, Salam introspeksi :).