photo '..from NoWhere to SomeWhere..' by ak
..karena belajar adalah kewajiban dan kebutuhan seumur hidup.. ...karena kebaikan adalah energi + yang tak lekang oleh waktu...

Rabu, 02 Januari 2008

(Perayaan) Tahun Baru yang selalu membingungkan (saya)

Tahun baru 2008 baru kemarin datang.
Seperti biasa gegap gempita orang menyambutnya. Macam-macam acaranya. Dari yang pesta kembang api, dangdutan, terompetan, sampai yang mabuk2-an dan begadang sepanjang malam dan dinihari.Tapi juga ada yang ngaji, merenung dan i'tikaf di masjid.

Saya?
Saya selalu bingung melihatnya. Ya, 'melihatnya', bukan menghadapinya.
Ketika orang-orang dengan cerah ceria berseliweran di jalan dan di tempat-tempat hiburan, atau paling tidak menikmati acara TV Old&New, dan (merasa?) berdebar-debar menunggu detik2 pergantian, saya selalu sudah atau pengen tidur pada saat itu.

Saya belum sepenuhnya mengerti kenapa orang-orang bisa sebegitu 'dahsyat' dalam histeria bersama, menghadapi pergantian waktu yang hanya sepersekian detik itu. Apakah dengan berlalunya sesaat yang lalu, atau sehari yang lalu, kita benar-benar memperoleh anugerah yang baru, semangat baru, energi (ter)baru(kan), atau apaun nama dan jenisnya?

Saya cukup mengerti kalau orang membutuhkan titik tolak, butuh 'mimpi' baru, perlu recharging, untuk mengarungi hidup yang (nampak) semakin berat pada masa-masa berikutnya. Tapi merayakannya ?
Apakah dengan perayaan yang gegap gempita seperti itu kita lantas benar-benar memperoleh 'jiwa' dari hal-hal yang kita harapkan di atas? Atau yang kita peroleh hanyalah 'kekosongan' belaka ?

Atau jangan-jangan ini karena saya saja yang 'kurang santai' menghadapi moment seperti itu. Kata orang, lha gitu aja kok dipikir? Lho, kalau gak (pake) dipikir, terus gimana? Langsung ditelan?
Kecurigaan saya yang lain adalah sbb:
- ada kemungkinan orang kebanyakan itu jauh lebih bekerja keras dan sukses dibanding saya, sehingga mereka merasa 'berhak' untuk sekedar merayakan keberhasilan di tahun sebelumnya, dan menyongsong satu tahun ke depan dengan lebih optimis
- mungkin orang-orang sangat 'serius' memaknai pergantian tahun, demikian seriusnya, sehingga mengangap hal itu sebagai sebuah 'ritual' yang setara dengan, misal hari raya agama masing-masing
- mungkin juga orang-orang 'sedikit' (utk yg ini comparative nya 'sedikit' aja, kalo banyak bahaya) lebih stress dibanding saya, sehingga mereka memerlukan refreshing yang lebih banyak dan meriah dibanding saya
- mungkin mereka lebih 'santai' menghadapi apapun dalam hidup, sehingga apa yang ada di depan (seperti gemerlap tahun baru), mending diikuti saja, seperti para tetangga, teman, kerabat, dst.
- Yg paling umum saya kira adalah kata 'hiburan'. Tahun Baru-an adalah hiburan. Yang penting hati terhibur, keluarga, teman-teman, kerabat, semua terhibur. Tidak perlu repot2 dengan maksud dan tujuan, apalagi visi dan misi kegiatan. Wah.. buat apa, wong cuman mau terhibur kok. Toh, semuanya sudah tersedia, sudah disajikan, tinggal dinikmati saja.

Tentu tidak salah orang mencari hiburan, sebatas wajar dan proporsional. Tentu juga seharusnya halal & baik -- kalau kita masih mengindahkannya.
Di luar itupun, masalahnya, bukankah setiap event tradisional/nasional pun sudah kita isi dengan sekian ragam hiburan yang hampir sejenis? Tetangga depan rumah kawinan, kita menikmati dangdutan. Teman anak kita di RT sebelah sunatan, kita dangdutan. Kota dan kabupaten kita ber-hari jadi, dangdutan lagi. 17-an apalagi. Bahkan di hari raya suci Idul Fitri pun, tidak 'dong' rasanya kalau gak ada dangdutannya. TV dan radio juga sudah kita nikmati hampir tiap jam hal yang sama.
Itu baru dangdut dan panggung musik. Belum variasi lainnya..

Jadi, begitu besarnya energi (dan jelas uang!) kita sisihkan untuk menghibur hati kita.
Lalu siapa yang untung ?
Atau ada pandangan yang lebih 'netral' dan jernih dari pada sekedar 'kebingungan saya' ? :)

Betapapun, saya tidak sedang curiga, geram (apalagi 'mencibir') terhadap pribadi-pribadi, teman, tetangga, orang-orang by person, tapi lebih pada kultur komunitas, yang saya ingin obrolkan selebihnya di sesi berikutnya : Tahun Baru, Kultur Selebrasi dan Konsumerisme dan Kepentingan Kapital.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Setuju dengan bapak yang satu ini.

AK Tontowi mengatakan...

thanks Inaf support nya.

btw, Inaf is enough or Inaf is just Inaf ? :)

Anonim mengatakan...

menurut saya,tergantung niat kita. Bagi saya liburan tahun baru adalah saatnya untuk bisa berkumpul dan berbagi dengan keluarga dan sanak sodara.