photo '..from NoWhere to SomeWhere..' by ak
..karena belajar adalah kewajiban dan kebutuhan seumur hidup.. ...karena kebaikan adalah energi + yang tak lekang oleh waktu...

Senin, 24 Maret 2008

Vanity is Devil's Favorite Sin, Belajar dari Film

Santai sejenak. Belajar dari film.

Sebenarnya saya ingin komen film AAC - Ayat-ayat Cinta, tapi karena belum nonton, jadi saya toh tidak berhak donk komen :).
Meskipun saya sudah punya komen sendiri tentang AAC ini di sebuah 'milis' dadakan/temporer :), bisalah saya kutip disini (maksa yah?):

Saya bukan penggemar film (apalagi kritikus film hehe).
Sangat-sangat sedikit film2 yg bisa membuat saya terkesan (salah satunya : "Devil's Advocate" - Al Pacino/Keanu Reeves). Bahkan seheboh apapun orang membicarakan film itu (misal, Lord of the Ring, Harry 'Potlot', dst).

Untuk AAC, saya yg telat baca novelnya (baru baca 2007 - ah saya memang tidak terlalu pengen terbawa 'euforia'), memang tidak melihat 'kekuatan luar biasa' seperti yg dihebohkan.
Saya sangat menghormati penulis novel dan juga para penggemarnya, tapi menurut saya, kekuatan novel itu memang bukan di alur ceritanya, - seperti yang dikritisi oleh beberapa pihak, tapi di kemampuan penulis untuk menggabungkan kisah cinta manusiawi dengan 'fatwa2' agama, sehingga tidak berkesan menggurui, dan apalagi menghakimi.
Selebihnya, maaf, alurnya masih bercorak 'India banget':simplifikasi salahsatunya (walau beberapa cerita india sih ada yg bagus juga). Jauh bila dibandingkan dengan misal, punyanya John Grisham.

Krn itu, saya sih belum tertarik nonton 'premiere' filmnya, mgkin nanti2 saja (sekedar pengen tahu :).
Betapapun, AAC pastilah jauh lebih bermutu dari kebanyakan film Indonesia yang mengumbar hantu, maupun kecengengan asmara. Jadi, maju terus AAC.

Kembali ke topik.
Pernah nontoh Devil's Advocate? Film lama kok, lama sekali. Saya saja nontonnya pas pertengahan kuliah dulu, di bawah 2000an. Tapi waktu kemarin2 beberapa kali tayang ulang di
TV2 lokal, masih berminat juga nonton. Walaupun ada yang bilang secara acting, ini film jelek, tapi cukup diapresiasi bagus di sini. Buat saya, bukan karena ngefans berat sama Keanu R, atau al-Pacino, tapi saya mendapat pelajaran yang sangat berarti dari sang film.
Tapi kok bahas film lama sih? Saya memang tidak ingin membahas filmya, cuman mau menyampaikan topik ini saja. Dan kebetulan, juga dikuatkan oleh si film. Bahkan ketika menontonnya berulang, saya masih dapat kesan kuat darinya.


Anda mungkin bisa punya kesan lain tentang film ini. Termasuk teman saya dulu. Saya minta tolong dia nonton film ini. Saya minta untuk perhatikan dialognya dengan cermat. Di akhir film, dia protes keras.. Apaan niy man? Ini sih kayak sinetron biasa. Tidak ada yang perlu diperhatikan. Tidak ada yang special. Well.. semua orang memang bisa punya apresiasi berbeda.
Tapi sungguh saya mendapatkan pelajaran amat penting dari film ini. Bukan sesuatu yang baru sebenarnya. Juga bukan sesuatu yang asing bagi kita semua. Tapi film ini menyajikannya dengan mengesankan. Paling tidak bagi saya.
Apakah itu ? Cerita tentang Kesombongan.

Bahwa kesombongan adalah dosa azali manusia.
Bahwa kesombongan manusialah yang menjadi penghancur dirinya.
Bahwa kesombongan itu bisa datang kapan saja, saat kita lengah dan terlena.
Bahwa kesombongan bisa dipicu dari luar, maupun dari dalam diri.
Bahwa kesombongan bisa kita taklukkan di suatu sisi, di suatu detik, namun ia juga siap menyergap di sisi dan detik berikutnya.
begitulah....

Seperti kata si Devil (Al Pacino) di akhir film : "Vanity...definitely my favorite sin".

Anda setuju?

1 komentar:

Kristina Dian Safitry mengatakan...

pinjami kasetnya dong, but kalo ada,he..he... kayaknya bagus tuh. aku suka film2 kayak gitu.. lempar ke Hong kong, tempat aku bermukim ntuk sementara waktu ini ya?he..he..